About Me

My photo
Hidup tak akan berarti kalau bukan diri sendiri yang membuatnya berarti

Saturday, January 3, 2015

FF Sands Chronicle / Sands Glass / Sunadokei Ch 3



Normal POV

                Satu hari.

                Dua hari.

                Tiga hari.

                Seorang pemuda duduk membelakangi pintu kamar rumah sakit, ia hanya diam tak bergerak dan tampak sayu memegangi tangan sesosok wanita cantik yang sayangnya tertutupi oleh wajahnya yang seputih kapas. Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, muncullah seorang laki-laki tua yang tak kalah sayu dengan laki-laki yang duduk disamping tubuh anak gadisnya.
                “Nak Daigo, sebaiknya anda pulang saja. Sudah tiga hari kamu menemani Ann tanpa pulang sekalipun,” ujar laki-laki tua itu yang ternyata ayahnya Ann.
                “…”
                “Nak Daigo,” ujar ayahnya Ann seraya berjalan mendekati Daigo lalu menepuk pelan pundaknya.
                “Saya… saya ingin disini saja. Menunggu Ann sadar,”
                “Tidak, saya tidak mengijinkannya! Kamu sudah tiga hari disini tanpa tidur, mandi, dan hanya makan seadanya. Saya yakin ketika Ann sadar, ia akan sedih melihat keadaan kamu yang begini,”
                “Tapi bagaimana kalau Ann sadar?”
                “Tenang saja, saya pasti akan mengabari nak Daigo kalau Ann sudah sadar. Jadi sebaiknya kamu pulang lah dulu. Orang tua mu pasti mencemaskan mu,”
                Setelah itu Daigo pergi untuk pulang. Tak lupa ia memberikan ucapan terima kasih kepada ayahnya Ann.

Daigo POV

                Setelah keluar dari kamar Ann, aku langsung pergi keluar rumah sakit untuk mencari taksi. Cepat-cepat aku menaiki taksi yang ku lihat pertama kali.
                Aku tak boleh membuang-buang waktu!
                Sesampainya di rumah, aku langsung pergi mandi. Setelah selesai mandi, aku berniat langsung pergi ke rumah sakt lagi. Tapi niat ku terhalangi oleh ibu ku.
                “Mau kemana kamu? Baru juga pulang,” ujar ibuku heran.
                “Mau ke rumah sakit, bu,” jawab ku sambil melangkahkan kaki ku menuju pintu keluar. Tapi ibuku langsung menahan ku.
                “Tidak, ibu tidak mengijinkan kamu pergi ke rumah sakit sekarang. Kamu pulang pasti karena disuruh keluarga Ann untuk pulang dan beristirahan kan? Ibu yakin disana kamu tidak tidur dan makan dengan teratur. Pokoknya sekarang kamu makan dulu lalu tidur sebentar,”
                “Tapi bu…”
                “Tidak ada tapi tapian! Ibu tau kamu mengkuatirkan Ann, sama ibu juga, tapi caranya tidak begini nak. Bukan dengan menyakiti diri kamu sendiri. Ann pasti sedih kalau tahu kamu begini,”
                Dengan lunglai aku pergi ke ruang makan untuk makan. Dengan perasaan tak bernafsu, aku menyentuh makanan ku, yang biasanya menurutku makanan ibuku adalah yang terenak tapi tidak untuk sekarang. Menurut ku tak ada rasanya. Hambar. Cepat-cepat aku menghabiskan makanan ku lalu pergi ke kamar tidurku. Mencoba untuk tidur.
                “Haaaah, kenapa jadi begini sih. Kalau tahu kejadiannya begini, aku tak akan meninggalkan Ann,”
                Aku pun mencoba memejamkan mata ku. Mencoba untuk tidur. Ternyata mungkin karena sudah tiga hari menunggui Ann dan tidak tidur sama sekali. Mataku dengan gampangnya terpejam dan langsung terbawa ke alam mimpi.
                “Daigoooo… Hihihi… Halooo,” ujar sosok itu yang sedang berlari-lari mendekati ku.
                Siapa itu? Pikir ku
                Setelah sosok itu semakin dekat, barulah aku sadar sapa dia. Seketika itu jantung ku berdebar-debar lebih keras serasa ingin copot, mataku membulat sempurna, dan pita suara ku terasa putus.
                ANN! Teriak ku tak percaya dalam hati
                “Hai daigo, apa kabar?”  Tanya nya dengan wajah tak berdosa.
                “Ann, benar ini kamu? Kamu tak akan meninggalkan ku kan?” Tanya ku seraya memegang lembut pipinya lalu ku peluk erat-erat agar dia tak akan pergi kemana-mana lagi.
                TESS! Rintik air mata membasahi pipiku,.
                “Daigo, maaf, aku harus pergi. Aku kesini hanya ingin pamit,” ujar Ann sambil melepas pelukan ku. Lalu tanpa ku sadari ia mulai mundur.
                “Hahaha Ann please jangan bercanda. Ini semua bohongkan? Kamu tak akan pergi kemana-mana kan?! “ aku berlari mengejar Ann yang akan pergi.
                “Maaf Daigo, sekali lagi maaf. Aku tak bisa bertahan lagi lebih dari ini. Aku mencintai mu selalu dan selamanya,” lalu sosok Ann menghilang dari hadapan ku.
                “Aku juga mencintai mu Ann! Baka! Dimana kau?! Cepat kembali!!! Argggghhh!” teriak ku frustasi. Aku berlari-lari disekitar tempat itu mencari Ann. Tapi nihil.  Aku tertunduk menangis merutuki betapa bodohnya aku.
                Kriiiing kriiiing
                Suara itu membuat ku tersadar dari mimpi ku. Aku langsung bangun dari tidur ku. Peluh membanjiri seluruh tubuh ku.
Hoh ternyata itu hanya mimpi. Sungutku dalam hati.
                Kriiiing kriiiing
                Suara itu lagi memecah lamunanku. Kulirik meja disamping ku. Ternyata hape ku yang berbunyi. Segera aku mengambil hape ku. Disana tertera nomer ayahnya Ann. Tiba-tiba perasaan ku menjadi tak enak. Segera saja ku angkat.
                “Ha… Halo?” saat kuangkat telepon itu.
                “Halo Daigo? Ini ayah Ann. Daigo, saya punya kabar buruk. Ann… ann kembali kritis!”
                PRAAAK! HPku meluncur mulus dari jemariku  jatuh ke lantai.
                Segera aku pergi menuju rumah sakit menaiki taksi. Aku tak percaya semua ini terjadi.
                Apakah mimpi ku tadi itu sebuah pertanda? Apakah Ann benar-benar akan meninggalkan ku?
                Sepanjang perjalanan tubuhku menggigil ketakutan. Pikiran kalau Ann akan meninggal kan ku selalu bertambah kuat seiring dengan taksi ku yang semakin mendekati rumah sakit dimana Ann dirawat. Sesampainya dirumah sakit, aku langsung berlari menuju kamar Ann.
                Kulihat disana Ayah, nenek, kakek, ibu tiri Ann juga chii-chan menangis disana.
                DEG!
                Perasaan ku semakin tak enak melihat itu semua. Tanpa kusadari kaki ku melangkah menuju mereka
                “Ann… ann.. gimana keadaan Ann?” tanyaku dengan bibir yang gemetar menahan tangis.
                “…” tak ada seorang pun yang menjawab. Hati ku bertambah kesal.
                “GIMANA ANN?!!! DIA TAK APA-APA KAN??!! JAWAB AKU!!!” teriak ku frustasi kepada meeka semua.
                “Daigo, saya tahu ini berat. Tapi keadaan Ann sangatlah kritis. Kemungkinan selamat sangatlah kecil. Kita harus mencoba mengikhlaskan Ann, nak Daigo,” Akhirnya ayahnya Ann yang menjawab.
                TESSS!!! Sebutir cairan bening lagi-lagi mengalir di pipi ku. Padahal aku sangat jarang menitikkan air mata.
                Bohong? Ini bohong kan?! Ayolah kenapa mereka tak berteriak “April mop, selamat ya kau tertipu daigo” padahal aku sudah menangis begini.
                Dan sadar lah aku kalau mereka tak berbohong.
                Dua jam.
                Itulah lama kami menunggu ketidakpastian.
                BRAAAK! Pinti ruang ICU itu akhirnya terbuka dan keluarlah sang dokter.
                “Dokter, gimana keadaan Ann??!!!” Tanya ku tak sabar.
              “Saya harap kalian semua harus kuat mendengar berita ini. Maaf sekali, kami sudah berusaha semampu kami, tapi Tuhan lah yang menentukan. Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Ann. Maaf sekali lagi,” kata dokter itu lalu melenggang pergi.
                TIDAK! Ini bohong kan? Ann? Meninggal? Tak mungkin!
                “Hahaha. Ayolah kenapa kalian semua menangis? Dokter itu tentu saja bohong. Tak mungkin Ann meninggal,” ujar aku sambil tertawa miris.
                Chii-chan lah yang menyadarkan ku dengan menghampiriku dan memelukku.
                “Kak Daigo,sadar kak. Kak Ann… Kak Ann sudah tidak ad…” Chii-chan belum sempat menyelesaikan kata-katanya karena aku langsung berteriak.
                “TIDAAAAK!!! TIDAK MUNGKIIIN!!!” Teriakku seraya menutup kuping. Air mata ku yang menetes bertambah deras.
                “ANN! ANN!!!! BANGUN! KUOHON BANGUUUN!!!” Aku langsung berlari ketempat Ann berada.

No comments:

Post a Comment

No Flame Please \(^.^)/