About Me

My photo
Hidup tak akan berarti kalau bukan diri sendiri yang membuatnya berarti

Wednesday, December 2, 2015

FF Sands Chronicle / Sands Glass / Sunadokei Ch 4

Ann’s POV

                Hitam.  

Gelap.

Apa-apaan ini? Dimana aku sebenarnya?
Aku terdiam sejenak. Mengingat-ingat apa yang terjadi kepada diriku.
Ahh, aku ingat. Ternyata aku sudah mati ya?  Padahal sebelum mati, aku ingin meminta maaf kepada keluarga ku karena dengan mudahnya aku menyerah. Oh ya, Terutama aku ingin meminta maaf kepada… Daigo.
Tiba-tiba ada sesosok, entah manusia atau bukan aku tidak tahu pasti, bercahaya. Ia menghampiriku.
Mungkin malaikat yang mau menjemput ku? Hihihi. Aku tertawa miris mendengar kenyataan itu.
“Ann, sudah waktunya kamu pergi. Ayo,” ajak malaikat itu.
“Hoh, baiklah. Mudah-mudahan ini yang terbaik. Semoga keluarga ku dan daigo cepat melupakan ku,” aku berjalan mengikuti sang malaikat.
Tapi tiba-tiba suara Daigo menggema di ruangan ini.
“ANN! ANN!!!! BANGUN! KUMOHON BANGUUUN!!! Ann!! Ann dengar aku! Kumohon tinggallah! Jangan mati! Kumohon jangan tinggalkan aku! Hiks,”
                Daigo?
                Tiba-tiba hati ku menghangat mendengar suara Daigo. Aku pun berbalik untuk mencari asal suara itu. Tapi, malaikat itu menahan ku.
                “Ann, waktumu telah habis. Kamu harus ikut saya,” ujar malaikat itu.
                “Tapi, mereka semua membutuhkan ku. Aku tidak bisa meninggalkan mereka semua. Kumohon biarkan aku hidup,” pintaku. Aku tak sanggup mendengar suara daigo yang menangisi aku. Terlalu menyakitkan. Perih.
                “Tidak bisa Ann, waktumu telah habis di dunia sana,”
                “Kumuhon biarkan aku tetap tinggal disana. Kumohon kumohon….” Seru ku seraya berlutut di hadapan dia. Air mata ku menetes semakin deras ketika sakit kurasakan ini semakin pekat.
                “Biarkan Ann pergi.,” suruh sebuah suara.
                “Tapi, ia memang harus pergi kan?” Tanya sang malaikat.
                “Memang, tapi biarlah ia untuk tetap hidup. Waktunya sebenarnya juga belum habis. Ia hanya menentang takdir dan akhirnya menyesalinya. Lagi pula akan terlalu banyak orang yang terluka atas kepergiannya yang tiba-tiba,” ujar suara itu lalu menghilang.
                “Baiklah. Ann kamu beruntung karena Dia menghendaki mu hidup kembali,”
                “Terima kasih. Terima kasih banyak!” ujarku yang masih berlinang air mata.
                “Kamu sebaiknya cepat sebelum portal ke dunia manusia tertutup. Pergilah ke sana,” ujar sang malaikat seraya menunjukkan bagian ruangan yang dihiasi cahaya. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari kesana. Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada malaikat itu.
                Aku berlari. Terus berlari ketempat cahaya itu berada.
                Silau.

                Rasanya aku semakit tak bisa melihat apa-apa. Terlalu terang disini.
                “Arrrrggghhhh!!!!” erangku karena merasa tubuhku tersedot kedalam cahaya itu.
                Dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

Normal POV
                Laki-laki itu menangis memeluk tubuh sang, hemm mungkin bisa dibilang, mantan kekasih. Namun tubuh yang ia peluk tak memberi respon, bahkan satu hembusan napas pun tidak. Laki-laki itu terus-menerus memohon agar wanita itu tidak meninggalkannya, mati. Tapi percuma saja, selama apapun laki-laki itu a.k.a daigo memanggil, wanita itu a.k.a ann tak akan bangun lagi. Yah, takdir sang Maha Kuasa memang tak bisa ditentang.
                Tangis pilu di ruangan serba putih itu semakin menambah muramnya rumah sakit itu. Ayah Ann berinisiatif menyadarkan daigo kalau anaknya, ann, sudah tak ada di dunia ini lagi. Ia pun bergerak maju memegang pundak daigo.
                “Nak daigo, sadarlah, Ann sudah tak ada lagi. Ikhlaskan lah dia,” lirih ayahnya Ann yang disambut dengan bentakan pilu oleh daigo.
                “TIDAAAK!!! Tidak mungkin Ann meninggalkan ku! Dia cuma tidur. Ann please jangan bercanda. Kamu Cuma mau menakut-nakuti kita saja kan? Ann?” ujar daigo pilu sambil mengguncang-guncang Ann.
                “Sayangnya apa yang dikatakan ayahnya Ann benar, Daigo, Ann sudah meninggal. Relakanlah,” kata-kata sang dokter membuat daigo tersadar akan kenyataan itu. Tiba-tiba saja tubuh daigo jatuh tak bertenaga dengan tatapan kosong menyertainya. Sang dokter dan ayah Ann mencoba mengangkat daigo. Saat mereka ingin membawa daigo keluar kamar, tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Sebelum tangan Daigo terlepas dari tangan Ann, secara tiba-tiba tangan Ann menggenggam tangan Daigo. Sontak seluruh manusia, dan mungkin setan #plak, yang ada di ruangan itu menoleh ke Ann. Berikutnya mata Ann sedikit-demi sedikit mengerjap terbuka.


No comments:

Post a Comment

No Flame Please \(^.^)/