Ann’s POV
Hitam.
Gelap.
Apa-apaan ini? Dimana aku sebenarnya?
Aku terdiam
sejenak. Mengingat-ingat apa yang terjadi kepada diriku.
Ahh, aku ingat. Ternyata aku sudah mati ya? Padahal sebelum mati, aku ingin meminta maaf
kepada keluarga ku karena dengan mudahnya aku menyerah. Oh ya, Terutama aku
ingin meminta maaf kepada… Daigo.
Tiba-tiba ada
sesosok, entah manusia atau bukan aku tidak tahu pasti, bercahaya. Ia
menghampiriku.
Mungkin malaikat yang mau menjemput ku? Hihihi. Aku tertawa miris mendengar kenyataan itu.
“Ann, sudah
waktunya kamu pergi. Ayo,” ajak malaikat itu.
“Hoh, baiklah.
Mudah-mudahan ini yang terbaik. Semoga keluarga ku dan daigo cepat melupakan
ku,” aku berjalan mengikuti sang malaikat.
Tapi tiba-tiba
suara Daigo menggema di ruangan ini.
“ANN! ANN!!!!
BANGUN! KUMOHON BANGUUUN!!! Ann!! Ann dengar aku! Kumohon tinggallah! Jangan
mati! Kumohon jangan tinggalkan aku! Hiks,”
Daigo?
Tiba-tiba
hati ku menghangat mendengar suara Daigo. Aku pun berbalik untuk mencari asal
suara itu. Tapi, malaikat itu menahan ku.
“Ann,
waktumu telah habis. Kamu harus ikut saya,” ujar malaikat itu.
“Tapi,
mereka semua membutuhkan ku. Aku tidak bisa meninggalkan mereka semua. Kumohon
biarkan aku hidup,” pintaku. Aku tak sanggup mendengar suara daigo yang
menangisi aku. Terlalu menyakitkan. Perih.
“Tidak
bisa Ann, waktumu telah habis di dunia sana,”
“Kumuhon
biarkan aku tetap tinggal disana. Kumohon kumohon….” Seru ku seraya berlutut di
hadapan dia. Air mata ku menetes semakin deras ketika sakit kurasakan ini
semakin pekat.
“Biarkan
Ann pergi.,” suruh sebuah suara.
“Tapi,
ia memang harus pergi kan?” Tanya sang malaikat.
“Memang,
tapi biarlah ia untuk tetap hidup. Waktunya sebenarnya juga belum habis. Ia
hanya menentang takdir dan akhirnya menyesalinya. Lagi pula akan terlalu banyak
orang yang terluka atas kepergiannya yang tiba-tiba,” ujar suara itu lalu
menghilang.
“Baiklah.
Ann kamu beruntung karena Dia menghendaki mu hidup kembali,”
“Terima
kasih. Terima kasih banyak!” ujarku yang masih berlinang air mata.
“Kamu
sebaiknya cepat sebelum portal ke dunia manusia tertutup. Pergilah ke sana,”
ujar sang malaikat seraya menunjukkan bagian ruangan yang dihiasi cahaya. Tanpa
pikir panjang aku langsung berlari kesana. Tidak lupa aku mengucapkan terima
kasih kepada malaikat itu.
Aku
berlari. Terus berlari ketempat cahaya itu berada.
Silau.
Rasanya
aku semakit tak bisa melihat apa-apa. Terlalu terang disini.
“Arrrrggghhhh!!!!”
erangku karena merasa tubuhku tersedot kedalam cahaya itu.
Dan
akhirnya semuanya menjadi gelap.
Normal POV
Laki-laki
itu menangis memeluk tubuh sang, hemm mungkin bisa dibilang, mantan kekasih.
Namun tubuh yang ia peluk tak memberi respon, bahkan satu hembusan napas pun
tidak. Laki-laki itu terus-menerus memohon agar wanita itu tidak
meninggalkannya, mati. Tapi percuma saja, selama apapun laki-laki itu a.k.a
daigo memanggil, wanita itu a.k.a ann tak akan bangun lagi. Yah, takdir sang
Maha Kuasa memang tak bisa ditentang.
Tangis
pilu di ruangan serba putih itu semakin menambah muramnya rumah sakit itu. Ayah
Ann berinisiatif menyadarkan daigo kalau anaknya, ann, sudah tak ada di dunia
ini lagi. Ia pun bergerak maju memegang pundak daigo.
“Nak
daigo, sadarlah, Ann sudah tak ada lagi. Ikhlaskan lah dia,” lirih ayahnya Ann
yang disambut dengan bentakan pilu oleh daigo.
“TIDAAAK!!!
Tidak mungkin Ann meninggalkan ku! Dia cuma tidur. Ann please jangan bercanda.
Kamu Cuma mau menakut-nakuti kita saja kan? Ann?” ujar daigo pilu sambil
mengguncang-guncang Ann.
“Sayangnya
apa yang dikatakan ayahnya Ann benar, Daigo, Ann sudah meninggal. Relakanlah,”
kata-kata sang dokter membuat daigo tersadar akan kenyataan itu. Tiba-tiba saja
tubuh daigo jatuh tak bertenaga dengan tatapan kosong menyertainya. Sang dokter
dan ayah Ann mencoba mengangkat daigo. Saat mereka ingin membawa daigo keluar
kamar, tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Sebelum tangan Daigo terlepas dari
tangan Ann, secara tiba-tiba tangan Ann menggenggam tangan Daigo. Sontak
seluruh manusia, dan mungkin setan #plak, yang ada di ruangan itu menoleh ke
Ann. Berikutnya mata Ann sedikit-demi sedikit mengerjap terbuka.